Friday, March 16, 2012

Reuni Sakit Hati : Dea dan mereka

Dea, seorang gadis manis yang mulai tumbuh dewasa mulai mengenal rasa untuk lawan jenisnya....

Sebut saja Nova :
Tiba-tiba suatu siang ada telpon darinya. Dia mengaku melihat Dea saat ada bazaar di kompleks. Kebetulan mereka tinggal 1 kompleks tapi beda RT. Setelah beberapa kali ngobrol, Nova mengajak ke luar, ke salah satu "kedai ayam goreng" dekat rumah. Tanpa ijin mama, Dea berani keluar, pikirnya, mama tidak akan tahu, toh tidak terlalu lama, cuma makan dan ngobrol, itupun siang hari, pulang sekolah. Sepulangnya mama dari kantor, mama melihat sandal jalan-jalan Dea ada di teras rumah.Karena biasanya sandal jalan-jalan disimpan di lemari sepatu di dalam rumah, mama jadi menanyakan hal itu pada Dea. "Dari mana, pergi ama siapa, dan lain-lain." Intinya mama tidak suka karena Dea tidak ijin.
Setelah kejadian itu, Dea bilang ke Nova, tidak usah telpon-telpon lagi.

Sebut saja Ronny :
Dia temannya tetangga Dea. Ketemunya jelas karena dia sering main ke rumah temannya itu. Sering goda-godain. Dea menanggapinya dengan senang-senang aja. Tidak ada pdkt khusus, cuma menyapa saja kalo ketemu. Hal ini berlangsung cukup lama sampai suatu saat dia berani telpon ke rumah. Ngobrol -ngobrol dan menngaku kalau dia suka Dea sejak smp, sementara dia berusia kurang lebihnya 7 tahun lebih tua. Beberapa kali telpon dia mengajak keluar tetapi berkali-kali itupun Dea tolak. Alasannya : takut. Dea takut keluar berdua dengan lelaki yang tidak terlalu dikenal. Bahkan bisa dibilang, sampai masa SMA, Dea tidak berani keluar ama cowok. Alasan lebih tepatnya sih, takut minta ijin ke mama / papa. Akhirnya...dia tidak pernah telpon lagi.

Sebut saja Gusti :
Dia adalah anak dari tetangga budhe Dea. Rumah Dea dan Gusti berjauhan, kalau naik angkot kira-kira 1 jam. Awal kenalnya....entahlah awalnya bagaimana. Yang jelas, tiap ketemu, bukan janjian ketemu ya, tapi karena kebetulan lagi berkunjung atau nginep di rumah budhe, dia sering menggodanya.
Kebetulan waktu itu rumah Dea direnovasi, oleh mama papanya disuruh nginep sementara di rumah budhe. Waktu itu sekolah masuk siang. Pemandangan favorit yang tidak akan terlupa, tiap pulang sekolah, menjelang maghrib, Dea melihat dia duduk di seberang rumahnya yang dijadikan musholla, lengkap dengan sarung. Jarak dari rumah dia ke rumah bude kira-kira 30 - 45meter. Selama di rumah budhe, Dea tetap tidak berani ngobrol dengannya, paling-paling cuma membalas sapaannya saja.
Beberapa bulan kemudian diketahui bahwa dia mengidap kanker :( dan kurang lebih 1 tahun kemudian dia pergi untuk selamanya.

Sebut saja Wawan :
Dia adalah teman satu SMP. Dea menyukainya, sekedar menyukainya. Sampai beberapa tahun kemudian mereka dipertemukan lagi dalam sebuah reuni. Waktu itu mereka sama-sama menjadi panitia reuni. Tentu saja Dea senang dengan pertemuan itu karena sewaktu SMP dia tidak ada kesempatan untuk mengenal bahkan hanya sekedar ngobrol. Tetapi saat itu Wawan sudah bersama yang lain. 
Lanjutan dari reuni, beberapa teman-teman SMP mengusulkan supaya diadakan pertemuan setiap bulan, arisan istilahnya. Dari beberapa pertemuan itu, Dea mulai merasakan adanya suatu rasa untuk Wawan, apalagi sekilas dia mendengar bahwa Wawan sudah tak bersama perempuan yang ditemuinya waktu reuni. Mereka pun mulai berhubungan melalui sms. Saat berkunjung ke rumah Dea, Wawan akhirnya mengakui bahwa dia sedang berhubungan dengan orang lain tetapi juga menyukai Dea. Tanpa ragu Dea menyetujui untuk tetap menjalin hubungan dengan Wawan. Ya...Dea setuju menjadi orang ketiga. Sampai akhirnya hubungan itu diketahui oleh kekasih Wawan. Wawan pun memilih untuk meninggalkan Dea. Meninggalkan bahagia yang mereka rasakan bersama. 

Kecewa demi kecewa dirasakan oleh Dea. Meski kecewa, Dea rela ditinggal oleh Nova maupun Ronny karena waktu itu dia merasa belum waktunya untuk menjalin hubungan secara serius. 
Sedangkan dengan Gusti, meskipun tidak terlalu bisa membuka diri, Dea menangisi kepergiannya setelah sepupunya memberi kabar duka itu. Dea hanya bisa menangis dan mendoakan semoga Gusti bahagia di alam sana.
Berbeda dengan Wawan, Dea tidak rela, Dea merasa mereka sangat cocok. Mereka saling bertukar mimpi dan cita-citanya. Sehingga Dea pun berharap hubungan itu akan terus berlanjut. Dea pun berharap Wawan meninggalkan kekasihnya dan memilih bersamanya. Dea semakin kecewa setelah mengetahui hubungan Wawan dengan kekasihnya berakhir 3 bulan setelah kejadian itu tetapi Wawan tidak memilih untuk kembali padanya.

Dengan bertambahnya waktu, Dea terus melangkah, sampai akhirnya dia menemukan tambatan hati. Seseorang yang bisa menerimanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. 
Ada yang bilang, waktu akan menyembuhkan segala luka. Dea pun merasakan itu. 
Dea sadar luka itu akan tetap membekas di hatinya sampai kapanpun tetapi Dea tak akan berhenti melangkah.









No comments:

Post a Comment

what do you think?