Friday, June 01, 2012

Book Review : Harry Potter dan Batu Bertuah

atau Harry Potter and The Philosopher's Stone ditulis oleh J.K Rowling



Pertama mendengar nama Harry Potter (saya lupa tepatnya tahun berapa), saya pikir dia adalah penulisnya. Saya baru tau kalau Harry Potter adalah tokohnya setelah adik saya pulang membawa buku Harry Potter dan Batu Bertuah dari temannya. Karena penasaran mengapa Harry Potter begitu terkenal, saya baca bukunya.
Ternyata memang asyik ya. Di buku ini kita sangat mudah membayangkan jalan ceritanya, semuanya tergambar dengan jelas. Apalagi setelah filmnya dibuat, apabila saya baca lagi bukunya, saya membayangkan Daniel Radcliffe, Emma Watson dan Rupert Green serta tokoh lainnya dan Hogwarts sebagai settingnya, jadinya malah lebih bagus daripada filmnya meski itu hanya imajinasi saya.

Buku ini meledak di seluruh dunia, tetapi sebenarnya, pada awal J.K Rowling menyelesaikan manuskripnya dan menyerahkan ke 12 percetakan, semuanya menolak. Setahun kemudian seorang editor dari bloomsbury menyetujui untuk mencetak bukunya, penyebabnya adalah chairman bloomsbury memberikan bab pertama kepada anaknya yang berumur 8 tahun untuk membaca dan ternyata anaknya tersebut meminta bab selanjutnya untuk dibaca.

Harry Potter tidak mengenal orang tuanya. Dia tinggal bersama keluarga tantenya dan diperlakukan tidak baik, mendapat sedikit makanan, baju bekas, dll. Sampai akhirnya dia berulang tahun ke 11, sebuah rahasia terkuak....ternyata dia adalah seorang penyihir, bahkan namanya sangat dikenal di dunianya.

Harry yang sebelumnya tidak memiliki teman akhirnya menemukan sahabat, Hermione Granger dan Ron Weasley. Tapi ada juga yang tidak menyukainya, Draco Malfoy karena orang tuanya adalah pengikut Voldemort, pembunuh kedua orang tua Harry.

Dalam buku pertama ini, Harry Potter harus mencari batu bertuah yang akan dicuri oleh Voldemort melalui Profesor Quirrell, padahal Harry mencurigai Profesor Snape yang mencurinya. Profesor Snape memang tidak menyukai Harry, sedangkan Profesor Quirrell selalu gagap di hadapan banyak orang.

Harry, Ron dan Hermione dengan keahlian masing-masing. saling membantu untuk mencegah Profesor Quirrell mengambil batu bertuah.
Sampai pada akhirnya Harry harus berhadapan dengan Voldemort yang menumpang pada tubuh Profesor Quirell, Harry yang merasa ilmu sihirnya masih sangat jauh di bawah Voldermort tidak menyangka bahwa pada saat Voldermort menyentuh tangannya, justru Voldermort lah yang kesakitan. 

Harry menanyakan kepada Dumbledore mengapa tangan Profesor Quirell kesakitan saat menyentuh tangannya, Dumbledore menjawab karena cinta. Cinta ibu Harry Potter yang rela mati demi melindungi Harry. Cinta yang mengalahkan kebencian, ketamakan dan keserakahan. 

Dari buku ini kita bisa mengambil nilai bahwa cinta ibu bagi anaknya itu tak ternilai bahkan digambarkan bisa mengalahkan kejahatan. Memang benar ya, kalau ibu kita mencintai kita dengan tulus, mengajarkan kebaikan dan kita menjadi anak yang baik, mengerti mana yang benar dan mana yang salah, pasti kejahatan akan bisa dikalahkan. 

Dari buku ini kita juga bisa mengambil contoh dari 3 orang sahabat yang saling membantu, bekerja sama untuk mencapai satu tujuan. 

Juga kita mengerti bahwa berprasangka buruk itu tidak baik. Kita tidak bisa menilai seseorang dari luarnya saja. Terkadang yang terlihat baik, justru memiliki hati yang jahat.

Mungkin saya terlalu tua untuk membaca Harry Potter ya? Ahh...kalau buku ini bisa menghibur dan bisa diambil nilai positifnya, why not?

*Semoga ke depannya saya bisa memberikan cinta kepada anak-anak saya kelak, membimbing dan mendidik sesuai ajaran agama sehingga bisa memerangi kejahatan. (seperti cinta Lily Potter kepada Harry)


 









2 comments:

  1. Amin, semoga diijabah doanya mbak yu.. Kalo Harry Potter, aku baru nonton filmnya aja, belum pernah coba baca bukunya,takut ketagihan, hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. hueheheheh....bukunya lebih detail pastinya...lebih asik. filmnya mennurutku nilainya cuma sepertiga dari bukunya.

      Delete

what do you think?